Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Etnomatematika Berdasarkan Kerajinan Anyaman Sumpet Khas Bangka Belitung



Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Etnomatematika Berdasarkan Kerajinan Anyaman Sumpet Khas Bangka Belitung

Putri Meilita Ningrum

 

Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung,Indonesia

putrimn940@gmail.com

 

Abstrak

Kerajinan anyaman Sumpet telah menjadi bagian dari budaya masyarakat di Bangka Belitung. Dalam penelitian ini, kami menjelajahi hubungan antara etnomatematika dan kerajinan anyaman, dengan fokus pada pengungkapan pengetahuan matematika yang terkandung dalam praktik tradisional ini. Tujuan utama kami adalah untuk memahami matematika budaya yang melandasi teknik anyaman dan mempertimbangkan implikasi pendidikan matematika dan pelestarian budaya. Penelitian kami melibatkan studi lapangan di komunitas anyaman di daerah pedesaan yang terletak di Bangka Belitung, khususnya Desa Batu Betumpang. Kami mengamati proses pembuatan anyaman, mewawancarai para ahli anyaman, dan menganalisis pola dan struktur yang ada dalam kerajinan tersebut. Melalui pendekatan etnomatematika, kami mengidentifikasi konsep-konsep matematika seperti geometri, proporsi, simetri, dan perhitungan yang digunakan dalam teknik anyaman ini.

Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kerajinan anyaman mengandung pengetahuan matematika yang mendalam, terjaga dan diturunkan melalui warisan budaya. Kami menemukan bahwa pola anyaman mencerminkan prinsip-prinsip matematika seperti deret Fibonacci, fraktal, dan transformasi geometri. Selain itu, proporsi yang digunakan dalam merancang anyaman menunjukkan pemahaman tentang perbandingan dan perhitungan matematika yang rumit. Kesimpulannya, penelitian ini menggambarkan bagaimana etnomatematika dapat mengungkapkan matematika budaya dalam kerajinan anyaman. Pengetahuan matematika yang terkandung dalam praktik anyaman ini menjadi sumber inspirasi untuk pendidikan matematika yang kontekstual dan memberdayakan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan budaya mereka.

Kata kunci: Anyaman, Bangka Belitung, Budaya, Etnomatematika, Sumpet. 

 

Abstract

Sumpet woven crafts have become part of the culture of the people in Bangka Belitung. In this research, we explore the relationship between ethnomathematics and wickerwork, focusing on the disclosure of the mathematical knowledge embodied in this traditional practice. Our main goal is to understand the cultural mathematics underlying weaving techniques and to consider the embodiment of mathematics education and cultural preservation. Our research involves field studies in woven communities in rural areas located in Bangka Belitung, specifically Batu Betumpang Village. We observed the weaving process, interviewed weaving experts, and analyzed the patterns and structures present in the craft. Through an ethnomathematics approach, we identify the mathematical concepts such as geometry, proportion, symmetry, and calculations used in this matting technique.

The results of our research show that woven crafts contain deep mathematical knowledge, are maintained and passed down through cultural heritage. We found that the woven patterns reflect mathematical principles such as the Fibonacci sequence, fractals and geometric transformations. In addition, the proportions used in designing the webbing demonstrate an understanding of complex mathematical comparisons and calculations. In conclusion, this study describes how ethnomathematics can reveal cultural mathematics in woven crafts. The mathematical knowledge embodied in this woven practice becomes a source of inspiration for contextual mathematics education and community empowerment to maintain the continuity of their culture.

Keywords: Woven, Bangka Belitung, Culture, Ethnomathematics, Sumpet.

PENDAHULUAN

         Etnomatematika merupakan bidang studi yang memadukan matematika dengan budaya dan tradisi masyarakat tertentu. Fokus utama etnomatematika adalah mempelajari dan menganalisis cara-cara orang-orang dalam suatu kelompok budaya menggunakan konsep- konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh nyata dari penerapan etnomatematika adalah pada kerajinan anyaman Sumpet yang berasal dari Bangka Belitung. Bangka Belitung adalah provinsi yang terletak di bagian timur Sumatera, Indonesia. Salah satu kerajinan tradisional yang terkenal di daerah ini adalah anyaman sumpet. Anyaman sumpet merupakan kerajinan tangan yang terbuat dari bambu atau rotan yang dihasilkan melalui proses penganyaman. Keindahan anyaman sumpet terletak pada pola-pola geometris yang dihasilkan dari proses penganyaman ini.

         Dalam konteks etnomatematika, anyaman sumpet merupakan karya seni yang melibatkan penggunaan konsep-konsep matematika secara tidak langsung. Pada tahap perancangan pola anyaman sumpet, pembuatnya secara intuitif menerapkan prinsip-prinsip matematika seperti simetri, fraktal, dan perulangan. Pola-pola yang dihasilkan pada anyaman sumpet juga sering kali mencerminkan proporsi dan harmoni matematis. Salah satu aspek matematika yang terkait dengan anyaman sumpet adalah simetri. Simetri merupakan konsep matematika yang melibatkan transformasi yang mempertahankan bentuk suatu objek. Dalam anyaman sumpet, simetri sering kali ditemukan pada pola-pola yang dihasilkan. Misalnya, pola simetris pada anyaman sumpet dapat terlihat dari pola bunga, garis-garis melingkar, atau motif-motif geometris lainnya yang terulang secara simetris di sepanjang anyaman.

        Selain itu, anyaman sumpet juga mencerminkan prinsip fraktal dalam matematika. Fraktal adalah suatu objek yang memiliki pola yang sama pada berbagai skala. Pada anyaman sumpet, pola yang dihasilkan pada bagian yang lebih kecil mirip dengan pola yang ada pada bagian yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa pembuat anyaman sumpet secara intuitif menggunakan prinsip fraktal dalam menciptakan pola-pola yang rumit dan indah. Perulangan juga merupakan konsep matematika yang relevan dalam anyaman sumpet. Perulangan adalah pengulangan pola atau urutan tertentu. Pada anyaman sumpet, pola-pola yang terbentuk sering kali berulang secara teratur. Perulangan ini memberikan kesan harmoni dan keseimbangan dalam kerajinan anyaman sumpet. Penggunaan konsep-konsep matematika dalam anyaman sumpet tidak hanya terbatas pada perancangan pola, tetapi juga pada proses pembuatan anyaman tersebut. Misalnya, dalam mengukur panjang bambu atau rotan yang akan digunakan, pembuat anyaman menggunakan konsep pengukuran dan perhitungan matematika untuk memastikan keseragaman dan keseimbangan anyaman.

       Selain itu, etnomatematika juga mempelajari peran anyaman sumpet dalam kehidupan masyarakat Bangka Belitung. Anyaman sumpet tidak hanya merupakan kerajinan tangan yang memiliki nilai estetika, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial. Anyaman sumpet digunakan sebagai barang dagangan, hiasan rumah, dan pernak-pernik lainnya. Melalui etnomatematika, kita dapat memahami bagaimana konsep-konsep matematika terintegrasi dengan budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Bangka Belitung melalui kerajinan anyaman sumpet.

        Secara keseluruhan, etnomatematika pada kerajinan anyaman sumpet Bangka Belitung merupakan contoh nyata bagaimana matematika dapat terlihat dalam budaya dan tradisi masyarakat. Penggunaan konsep-konsep matematika dalam perancangan pola dan proses pembuatan anyaman sumpet memberikan nilai tambah estetika dan fungsional pada kerajinan tersebut. Melalui pemahaman lebih dalam tentang etnomatematika pada kerajinan anyaman sumpet, kita dapat menghargai keindahan, kearifan, dan kompleksitas budaya Bangka Belitung.

 

KAJIAN PUSTAKA

        Dalam bidang matematika, etnomatematika masih sebagai kajian yang baru serta berpotensi sangat baik buat dikembangkan menjadi penemuan pembelajaran kontekstual sekaligus mengenalkan budaya Indonesia kepada peserta didik. Sehingga bidang etnomatematika dapat digunakan sebagai pusat proses pembelajaran serta metode pengajaran, walaupun masih relatif baru pada global pendidikan. Umumnya, pembelajaran matematika hanya terfokus di pembelajaran pada pada kelas. Etnomatematika dalam pembelajaran matematika memberikan nuansa baru bahwa belajar matematika tidak hanya didalam kelas namun alam luar juga bisa dengan cara mengunjungi atau berinteraksi menggunakan kebudayaan setempat dapat digunakan menjadi media pembelajaran matematika (Richardo, 2016).

          Kehadiran matematika yang bernuansa budaya (etnomatematika) akan memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap pembelajaran matematika, karena pendidikan formal merupakan institusi sosial yang berbeda dengan yang lain sehingga memungkinkan terjadinya sosialisasi antar budaya. Etnomatematika menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait degan berbagai aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi, membuat grafik, maupun menggunakan alat peraga (Rachmawati, 2012). Hiebert dan Capenter (1992) mengingatkan kepada semua pihak bahwa pengajaran matematika di sekolah dan matematika yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda. Oleh sebab itu pembelajaran matematika sangat perlu memberikan muatan/menjembatani antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal dengan matematika sekolah.

 

METODE

        Jenis penelitian yang saya gunakan adalah penelitian kualitatif. Jhon Creswell (2008) mendefinisikan metode penelitian kualitatif yaitu sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengetahui gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan lebih luas. Metode ini digunakan untuk menggali pemahaman yang lebih mendalam tentang aspek subjektif dari suatu topik, seperti motivasi, keyakinan, nilai-nilai, dan pengalaman emosional. Ada beberapa metode penelitian kualitatif yang saya gunakan dalam pemnbuatan artikel ini yaitu sebagai berikut.

  1. Wawancara, metode wawancara melibatkan interaksi langsung antara peneliti dan responden. Wawancara dapat bersifat terstruktur (pertanyaan tetap) atau tak terstruktur (pertanyaan terbuka).
  2. Observasi, metode observasi melibatkan pengamatan langsung terhadap fenomena yang diteliti. Peneliti mencatat apa yang terjadi, perilaku yang diamati, dan konteks di sekitar fenomena tersebut.
  3. Analisis Dokumen, metode analisis dokumen melibatkan pengumpulan dan analisis dokumen yang relevan dengan topik penelitian. Dokumen yang dianalisis bisa berupa teks tertulis, catatan, surat, kebijakan, atau arsip lainnya.

REFERENSI

 

Ajmain, A., Herna, H., & Masrura, S. I. (2020). Implementasi Pendekatan Etnomatematika Dalam Pembelajaran Matematika. Sigma: Jurnal Pendidikan Matematika, 12(1), 45-54. Diambil dari https://journal.unismuh.ac.id/index.php/sigma/article/view/3910


Netiana, I. (2022). ETNOMATEMATIKA PADA KERAJINAN ANYAMAN

MASYARAKAT DAYAK KENYAH. Diambil dari https://repository.ubt.ac.id/flipbook/baca.php?bacaID=8624

Semiawan, C. R. (2010). Metode penelitian kualitatif. Grasindo.

 

Richardo, R., 2016. Peran Ethnomatematika dalam Penerapan Pembelajaran Matematika pada Kurikulum 2013. Literasi, 7(2), pp. 120.

Rachmawati, I., 2012.Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo.E-journal Unnes

Posting Komentar

0 Komentar